Laman

Minggu, 16 Mei 2010

JOKO UBUB dan BIDADARI


Joko Ubub dan Bidadari
Mbah Kardiman, tukang pandai besi, begitulah orang se-desa dan sekitarnya memanggilnya, ia seorang yang cukup tua dan sudah mempunyai cicit seorang dari lima orang cucunya. Anaknya empat orang, tiga perempuan dan seorang laki-laki. Semua anak perempuannya telah menikah atau berkeluarga dan mengikuti suaminya masing-masing, tempat tinggal mereka cukup jauh dari rumah mBah Kardiman, yang paling dekat tempat tinggalnya si Antaningrum hanya berjarak 5 Km, melewati tiga kelurahan atau desa, namun berbeda kecamatan, sedang Antaningcahyani dan Antanigsih mengikuti suaminya yang bekerja di Cirebon dan Bandung. Adapun yang paling kecil sibungsu dan masih lajang, Joko Ubub, ia tinggal bersamanya juga bekerja padanya dalam pembuatan jangkul, parang, golog maupun pisau.
Asal muasal mBah Kardiman dari Jawa Tengah, ia merantau ke Jawa Barat ke Cikotok semenjak masih bujangan, yang sekarang menjadi bahagian dari wilayah Prov Banten, bekerja sebagai pemburu emas di Cikotok, atau sebagai penambang liar di sekitar penambangan milik PT Tambang.
Jodoh tidak kemana-mana, kata mBah Kardiman, yang empat tahun selama menjadi petambang, akhirnya dapat mempersunting gadis Ciemas, Markonah namanya. Pertemuannya dengan Markonah di awali seringnya mBah Kardiman, yang akrab di panggil Kardi, berkunjung ke rumah Pak Sabenih yang kini jadi mertuanya, atas ajakan atau memngikuti Markani , kakak Markonah teman sekerja dan se joragan dengannya, ketika libur tidak menambang. Memang Desa Ciemas, banyak warganya bekerja sebagai penambang.
Perkawinannya dengan Markonah dikaruniahi tiga anak wanita ketika masih bekerja di penambangan dan seorang laki-laki ketika ia bekerja sebagai tukang pandai besi.
Joko Ubub, anak bungsu mBah Kardi, sebuah nama yang konon di ambil dari pekerjaan pertama mBah Kardi sebagai pandai besi menjadi juru-angin memompakan angin ke tungku pembakar besi agar arang tetap membara, yang kini pekerjaan itu di pegang oleh Joko Ubub.
Keringat peluh mengucur dari kepala dan sekujur badan merupakan hal yang biasa Joko Ubub alami tiap bekerja, keringat mongering dan kulit badan terasa menebal lagi lengket atau ‘jempet’ sebagai pertanda lama dan banyak diperapian dan pekerjaan.
500 m hingga 600 m dari bengkel pandai besi itu terdapatlah telaga kecil sumber air yang jernih dan dingin airnya, sementara di seberang bukit kecil semacan tanggul batu setinggian orang dewasa, juga terdapat sumber air hangat beraromakan belerang yang di alirkan ke dalam kolam-batu yang hanya dapat menampung belasan orang.
Badan Joko Ubub siang itu sangat terasa panas, setelah menyelasikan pembuatan parang dan memasang mata cangkul –menambah lempengan plat baja pada mata cangkul agar kuat dan tajam- pergilah Ubub ke telaga. Pertama mandi pancuran air hangat kemudian berendam beberapa menit, dengan badan berkeringat sehabis mandi air hangat, pindahlah Ubub ke telaga, melalui lorong tanjakan memanjat tebing atau tanggul batu menuju telaga air. Di telaga air dingin ini, airnya sangat jernih, pengunjung banyak berdatangan, kebanyakan pengunjung ; baik muda-mudi, anak-anak dan orang tua mereka, mereka sama-sama main air dan ada yang berenang. Telaga ini tidak dalam, air terdalamnya hanya dua meter lebih beberapa inci, lagi pula dasar telaga berupa batu cadas sangat jelas kelihatan, bahkan uang logam yang jatuh kedalamnya maupun benda lainnya dapat di lihat dipermukaan air.
Konon, cerita dari mulut ke mulut, pada waktu tertentu ada pengunjung beberapa wanita yang tidak diketahui dari mana berasal, wanita cantik-cantik berbaju tidur tembus pandang berenang-renang bercanda ria sambil memercikkan air yang didorong bagai menggayuh dengan telapak tangan mereka.
…………………
Datanglah tujuh gadis berbaju tembus pandang, bukan berpakaian renang layaknya pengunjung, seakan-akan seperti memakai kacamata XR a la James Bond didektif playboy dari London, diamatilah ke tujuh gadis itu oleh Ubub dari balik batu. Sepatu, tas, topi tudung kepala serta ikat pinggang mereka lepaskan namun kaos tangan dan kakinya tetap mereka kenakan. Lari kecil berkejar-kejaran sambil saling dorong mendorong, terjunlah mereka ke dalam telaga.
Iiiii Yeeesssssssssss, kata Ubub dalam hati, sambil merangkak dibalik bebatuan dan semak-semak pepohonan talas liar diambillah sebuah ikat pinggang milik gadis-gadis itu, dan mendakilah Ubub ke bukit yang agak jauh dari mereka namun ia dapat mengintip dengan jelas mereka yang sedang mandi dan bermain air. Tiba-tiba mendung datang dan hujan lebat menjadikan pandangan Ubub terhalang oleh deras turunnya air hujan, disimpanlah ikat pinggang itu di balik batu.
Hujan reda seperti mimpi, diusaplah ke dua mata Ubub dengan ke dua pangkal jari jempolnya, sayup-sayup semakin jelas terlihatlah seorang gadis duduk termenung yang sesekali menolehkan mukanya kesamping kiri-kanan kemudian menunduk lagi.
Bagai Joko Tarub dalam kisah klasik ceritera ketoprak humor, di datangilah gadis itu.
Mandi yuuuk, sapaan basa-basi Ubub ,,,,,, sambil berjalan ,,,,,,
Ubub langsung terjun ke telaga, renang tiada arah dan gaya berguling-guling mengapung dalam air, seperti ayam merak memekarkan bulu ekornya, atau ikan-mas sedang mengembang kempiskan sirip-siripnya kepada lawan jenisnya untuk menarik perhatian sebagai rayuan bisu.
Setelah kelelahan naiklah Ubub ke darat, dihampirilah si Gadis itu dan di sapa lagi “ada yang di tunggu ?” Gadis Kayangan itu diam, lalu ditataplah wajah Ubub daaaaan terjadilah kontak mata antara keduanya ,,, dilepaslah kedua sarung tangan dan kaos kakinya. Kaos kaki dan tangan sebagai kunci penutup komunikasi bagi Mahluk Kayangan, dengan dilepaskannya secara otomais ia menjadi mahluk bumi dan tertutuplah dunia kayangan.
Gadis : tidak ada, ….. sambil menyilangkan kedua tangannya berpegangan pundak.
Ubub : ini tas kamu !!!!!
Gadis : terima kasih ! … diraihlah tas itu, disangkutkan tali pegangan ke leher dan dipeluk tasnya.
Ubub : tempat ini kalau senja seperti ini agak angker, kalau nunggu teman atau mau pulang tunggu dekat rumahku, di sana tempat lalu-lalang kendaraan, juga banyak ojek.
Gadis : terima kasih ! sambil bangun dan berjalan mengikuti Ubub
..… namun bulu kuduk Ubub terasa berdiri, juga pori-pori kedua tangannya melebar seperti iritasi kena ulat bulu. Dalam hati ini orang atau manusia ….. dicarilah siasat agar ia dapat menyentuh tangannya …. Mau kenalan sudah terlanjur berlama-lama bicara …. dicarilah jalan terjal agak mendaki.
Ubub : lewat ke sini ! itu rumahku ! …
Tangan kiri menunjuk kearah rumahnya dan tangan kanannya diulurkan agar disambut Gadis itu. Gayung bersambut, diraihlah tangan Ubub ….. dalam hati Ubub mengucap Alhamdulillah manusia beneran ….. beberapa saat kemudian sampailah mereka berdua ditepi jalan raya.
Yahuut koooo !!!!! tegur Iskandar sambil melajukan motornya, sapaan godaan, atas kehebatan kepada Joko Ubub yang berduaan dengan mojang si cewek kayangan.
Gadis : kang aku haus !!!
Ucapan pembuka keheningan selama dalam perjalanan.
Ubub : gampang Neng, kalau sekedar air putih atau teh pahit mungkin di rumah ada.
Gadis : paggil saja aku Wati !
Ubub : iya neng Wati ….dan panggil aku Suko ! atau Koko saja !!! ….. sambil tersenyum dan menggigit kedua bibirnya menahan tawa ….. yang penting dipanggil Ko ,,,,, walau ngibul ,,,,,
……………………….
Rupanya Wati tidak mau pulang dan tidak akan dapat pulang selama ia tidak mengenakan ikat pinggang ….. pagi harinya mulailah ia berceritera akan dirinya yang sebenarnya kepada Ubub, si Joko Ubub yang dipanggil Joko atao Koko dan kini dapat nama panggilan baru si Suko ……
Persahabatan Ubub dengan Bidadari Wati berlanjut ke atas pelaminan yang diawali, diakuinya Wati anak pamannya yang minggat atau kabur dari orang tuanya. KTP sementarapun dibuat, ada sedikit masalah, ketika di foto diambil gambarnya bola mata Wati tidak dapat memantulkan cahaya, bahkan diseraplah cahaya bliz. Ketika foto itu jadi, bola-matanya nampak hitam semua. Akhirnya di akali agar Wati mengenakan kaca-mata, hasilnya memuaskan gambar bola-mata Wati terlindung oleh cahaya pantulan lensa kaca-matanya.
Bulan madu berjalan lancar dan meng-asyikkan …. sampai hari ke tujuh, mereka berdua jalan-jalan ke telaga dimana pertemuan pertama …. Dengan sengaja Ubub mengajak ke tempat batu dimana ikat pinggang Wati di simpan, tanpa sepengetahuan Wati ….. tersangkutlah kaki Wati pada ikat pinggangnya yang disembunyikan Ubub …. terharu-senang-sedih menjadi satu …..
Ubub : sudahlah dik Wati ,,,, pakailah ikat pinggang itu ,,,,
Wati : tidak kakang Koko … di kayangan tidak ada syurga bumi atau
syurga dunia, biarlah aku tetap bersama Kakang ….
Ubub : tapi bagaimana dengan Romo Semar penguasa kayangan ?????
Wati : beliau itu baik ……
Ubub : tapi kami, orang bumi, takut dikentuti !!!!!
Wati : Romo tidak akan mengentutkan-kentutnya kalo tidak ada goro-
goro gede ! kalau kena kentutnya … bumi bisa hancur gelap dan
membeku.
Ubud : bagaimana kalo tiap hari Kliwon kita bertemu,,,,, jadi lima hari sekali ?
Wati : enggak juga, aku lebih sedang tinggal di bumi ,,,,, di Kayangan
tidak ada makanan, tidak ada minuman, tidak ada udara yang
ada hanyalah akasa atau hawa …. makan minum napasku hanya
akasa yang lewat pori-poriku ….. dan yang paling ADUHAI …..
di Kayangan gak ada kang Koko …….?!?!?!?! ?????
Ubub : sudahlah Wati …… sudahlah Wati ….. sudahlah Wati …..
………………………
Alhamdulillahi-rabbil-‘alamin ; ucap Abuya Haji Damanhuri -yang biasa memimpin do’a maupun me-ruqyah atau men-jampi-jampi dengan membacakan ayat-ayat al Qur’an sebagai mantera terapi penyembuhan- mensudahi ruqyahnya setelah dua-puluh-satu kali membaca surat al Falaq سـورة الـفـلــق dan an Nas سـو رة النـاس . Kemudian ditiuplah wajah Ubub, diambillah air segelas yang sudah diruqyah atau dibacakan mantera itu lalu dibasuhkan ke wajah Joko Ubub, sisanya dibasuhkan ke tangan dan kikinya.
Itulah ruqyah syar’iyah yang didasari ayat al Qur’an Surat Isra’ayat 82 ;
وَنُنَـزِّلُ مِنَ الْقُـرْآنِ مَا هُـوَ شِـــفَآءٌ وَ رَحْــمَـةٌ لِـلْــمُؤْمِـنِـيِـنَ
Artinya : “Dan Kami turunkan dari al Qur’an (sesuatu) yang menjadi
penawar (penyembuh/obat) dan rahmat bagi orang yang
beriman” (QS : 17 ayat 82)
Ruqyah yang dilakukan Abuya H Damanhuri, sama, seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

………huuuuwahhh, bagai bangun tidur ….. menguap-kan nafas sambil mengucap ……… “nikmatnya bulan madu” ,,,,, kata Joko Ubub…….?! sambil bengong ......???????????????


---mic---
M.Masud CHATIM al HAJJ - h2m 006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar