Laman

Jumat, 07 Mei 2010

Mengenang Gus-Dur

Pengurus Masjid selaku pembawa acara telah menyampaikan laporan keuangan kas masjid, dilanjutkan dengan petugas juma’atan yang akan memimpin rangkaian ibadah shalat jum’at, mulai dari ;
Muazin yang bertugas mengumandangkan azan, memperingatkan jamaah agar mendengarkan khutbah yang dibacakan khatib, membaca shalawat dan do’a di antara dua khutbah dan mengumandangkan iqamah agar jamaah bangkit untuk mendirikan shalat.
Khatib yang bertugas membacakan khutbah, khutbah jum’ah boleh dibacakan menggunakan bahasa Arab, bahasa Indonesia atau bahasa Daerah.
Imam yang bertugas debagai Imam pada shalat jum’at, pada shalat janazah, pada shalat ghaib dan memimpin berzikir setelah shalat.

Setelah disampaikan siapa yang bertugas sebagai Muazin, Khatib dan Imam disampaikan juga bahwa setelah shalat jum’at, dilanjutkan shalat ghaib.
Suara shalawat, azan dikumandangkan muazin dilanjutkan dengan memperigatkan jamaah agar mendengarkan khutbah. Ada sebahagian jamaah mendirikan shalat dua rakaat.
Khatib berdiri sambil mengucapkan bismillahir-rahmanir-rahim dan salam ; langsung mengajak hadirin bahwa nanti setelah shalat akan dilaksanakan shalat ghaib. Karena shalat ghaib ini jarang kita laksanakan ‘kata khatib’ maka perlu diketahui oleh bapak serta saudara-saudara jamaah rahimahullah :
Pertama; bahwa shalat ghaib sama dengan shalat jenazah, bedanya pada shalat ghaib jenazah tidak ada dihadapan kita, dengan kata lain jenazahnya sudah dikubur dan kita tidak ikut dalam shalat janazah tersebut. Shalat ghaib dapat dilaksanan sendiri-sendiri atau berjamaah.
Ke dua ; bahwa shalat ghaib sama dengan shalat janazah, jadi tidak ada ruku’ ataupun sujud dan dilaksanakan dengan berdiri, bagi yang tidak kuasa untuk berdiri dapat duduk, ada empat kali takbir.
Ketiga ; kita mulai dengan ;
A ) NIAT shalat atas/untuk mayit ( si ANU ) yang ghaib karena Allah Ta’ala.
B ) Diteruskan takbiratul ihram –sebagai TAKBIR yang PERTAMA) sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan kepala kita dan mengucap Allahu akbar ( الله اكـبـــر ) terus mendekapkan tangan kiri dan kanan di atas perut sambil membaca surah al fatihah ;
بســـم الله االرحـمن الرحـيم (^) الحـمد لله رب العـلمـيـن (*) الرحمن الرحـيم (*) ملـك
يوم الدين (*) ايّاك نعبد و ايّاك نسـتعين (*) اهدناالصراط المسـتقـيم (*) صـراط الذين
انعـمت عـلـيهم غـير المغضوب عـلـيهم و لا الضّـالّـين (*) آمـيـن

Bismillahir-rahmanir-rahim (^) alhamdu-lillahi-rabbil-‘alamin (*) ar-rahmanir-rahim (*) maliki yaumid-din (*) iyyaka-na’budu-wa-iyyaka-nasta’in (*) ihdinas-shiratal-mustaqim (*) shiratal-lazina-an’amta- ‘alaihim-ghairil-maghdhubi-alaihim- wa-ladhdhalin(*) amin

C. TAKBIR KE DUA dan membaca shalawat (boleh yang singkat dan ada yang lengkap)

الله اكبر :
اَللَّهُمَّ صَـلِّ عَـلَى ( سَـيِّدِنَا) مُحَمٍَََََّّدٍ ( singkat )
Allahumma shalli ‘ala (sayyidina) Muhammad

اللهم صل على (سـيدنا) محمّد وَعَلى اَلِ (سـيدنا) محمَّدٍ كَمَا صَـلََّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ
اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمََّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَىآلِ اِبْرَاهِيْمَ فِى
الْعَالَمِـيْنَ اِنّكَ حَمِـيْدٌ مَجِــيْدٌ ( lengkap )
Allahumma shalli ‘ala (sayyidina) Muhammadin wa ‘ala ali (sayyidina) Muhammadin kama shallaita ‘ala Ibrahima wa ‘ala ali Ibrahima, wa
barik ‘ala Muhammadin wa ‘ala ali Muhammadin kama barakta ‘ala
Ibrahima wa ‘ala ali Ibrahima, fil ‘alamina innaka Hamidun Majidun
D. TAKBIR KE TIGA dan membaca do’a (boleh yang singkat dan ada yang lengkap)
الله اكبر :
اَّللّهُمََّ اغْفِرْ لَهُ (لَهَا) وَ ارْحَمْهُ (هَا) وَعَافِـهِ (ها) وَاعْفُ عَنْهُ( singkat )
Allahummaghfir la-hu(ha) war ham-hu(ha) wa ‘afi-hi(ha) wa’fu ‘an-
hu(ha)
اللهم اغفرْ لَهُ و ارحمْه وعافُُِـه واعْـفُ عنْه وَاَكِْرمْ نُزُوْلَهُ وَ وَسِعْ مَدْخَلَهُ وَ اَغْسِــلْهُ
بِِالْمَاءِ وَ الِّثلْجِ وَ الْبَرْدِ وَنقِِّّـهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّّـى الْثَـوْبُ اْلاَبْيَـضُ مِنَ الدَّنَسِ وَاَبْدِلْهُ دَارًا
خَيْـرًا مِن دَارِهِ وَ اَهْلاً خَـيْرًا مِنْ اَهْلِـهِ وَ زَوْجًـا خَـيْرًا مِنْ زَوْجِـهِ وَ قِهِ فِتْنَــةَ الْقَــبْرِ
وَ عَذَابَ النَّـارِ ِ (lengkap)
Allahummaghfir lahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu wa wasi’ madkhalahu waghsilhu bilma‘i wats-tsalji wal bardi wa naqqihi minal khathaya kama yunaqqats tsaubul abyadhu minad danasi wa abdilhu daran khairan min darihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa qihi fitnatal qabri wa ‘azaban nari.
(*) Jika mayat laki-laki seorang لَـهُ , dua orang لـه menjadi لَـهُـمَا
dan jika tiga orang atau lebih لـه menjadi لَـهُـمْ , ( هُ هِ , هُــمَا هِــمَا , هُــمْ هِـــمْ ) juga ;
(**) Jika mayat wanita seorang لَـهَـا , dua orang لَـهُـمَا tiga orang
wanita atau lebih menjadi لَـهُـنَّ ; jika diantara mereka ada
seorang laki-laki atau lebih maka menjadi لَـهُـمْ

(***) Jika mayat tersebut anak-anak laki-laki, membaca do’a :
اَللَّـهُـمَّ اجْــعَلْــهُ فََـرَطًا لاَِبَويَْـهِ وَسَـلَـفًا وَذُخْـرًا و عِظَّـةً وَ اعْتِبَــارًا وَشَــفِـيْعًـا وَ ثَـقِِّـلْ بِـهِ
مَوَازِيْــنَـهُمَا وَافْـرِغِ الصَّــبْرِ عَلََـى قُلُـوْبِـهِـِـمَا وَلاَ تَفْتِـــنْهُمَا بَعْدَهُ وَلاَ تَحْــرِمْنَا اَجْـرَهُ
E. TAKBIR KE EMPAT dan membaca do’a (boleh yang singkat dan
ada yang lengkap)
اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْـنَا اَجْـرَهُ وَ لاَ َتفْـتِـنَا بَعْـدَهُ وَاغْـفِـرْلَنَـا وَلَـهُ ( singkat )
Allahumma la tahrim-na(ni) ajrahu wa la tafti-na(ni) ba’dahu waghfir lana (liy) wa lahu
اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْـنَا اَجْـرَهُ وَ لاَتفْـتِـنَا بَعْـدَهُ وَاغْـفِـرْلَنَـا وَلَـهُ ولإِخْـوِانِنـَا الذّيْـنَ سَــبَقُونَا
بِالإِيَـمَانِ وَلاَ تَجْـعَلْ فِى قُلُـبِنَـا غِـلاًّ لَلَّــذِيْنَ آمَنُــوْا رَبَّــنَا إِنَّــكَ رؤُفٌ رَحِــيْـمٌ
Allahumma la tahrim-na(ni) ajrahu wa la tafti-na(ni) ba’dahu waghfir lana (liy) wa lahu wa li ihwanina(ihwaniy) lazina sabaqu-na(ni) bil imani wa la taj’al fi qalbina(qalbi) ghillan lillazina amanu rabbana(rabbiy) innaka Raufun Rahimun.
F. Selesai membaca pada takbir ke empat terus memberi salam dengan mengucap : اَلسَّــــلاَمُ عَلَيْــــكُمْ وَ رَحْـمَـةُ اللَّـــهِ وَ بَـرَكَاتُـهُ sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri.
Khatib berhenti sejenak, lalu memberi salam, barulah memulai khutbah dilanjutkan shalat fardhu juma’at bagi (laki-laki, mikimin, merdeka dilaksanakan berjama’ah) kemudian shalat-ghaib, yang disebutkan oleh imam untuk tujuh orang dan muslimin-muslimat saudara kerabat jamaah yang mungkin jamaah tidak sempat menshalati mereka………………..
Perahu layar sudah banyak menyandar dipinggir pagar halam masjid, berhiasan bendera yang warna-warni umumnya menawarkan makanan dan minuman ringan, terlihat juga dikanan kiri jalan menuju ke luar pernak-pernik assesoris dan busana muslim-muslimat tersaji di atas alas meja, menghampar di laut koral-batu kecil yang tersambung paving-block sebagai pembatas.
Bola mata Rahmat bergerak kekanan-ke kiri ke ujung dan ke depan sampai keliling mengamati perahu layar mengapung di atas ban-becak; ada ketoprak, minuman ringan, nasi soto, es buah, sate pariaman, es air tebu, bakso …………….. sementara tangannya sedang mengikat tali sepatunya.
Didin Paidin : Mat !, kita cari ganjal perut dulu , yok …… sate
pariaman minumnya es tebu … atau ketoprak ? tegur
Didin Paidin
Rahmat :Kemana sajalah yang penting perut tidak ber-jazz-jazzan,
berdangdutan, kata Rahmadi, yang menghindar dari
keroncongan.
Didin : Masih saja ada orang yang men-shalat ghaib-kan Gus-Dur …
Rahmat : La wong aku juga baru tadi, paling-paling selama ini ya ikut
duka, walau dalam hati.
Didin : aku sudah, berarti ini untuk yang ke dua, tapi kata Imam tadi
dia bilang untuk orang banyak, yaaa kuniatkan untuk famili
kerabatku yang tak kutahui.
Rahmat : Apa sih maksudnya udah sekian bulan masih ada yang minta
untuk shalat ghaib. Kiyai besar saja paling-paling sampai
sebulan atau empat puluh hari.
Didin : Lha kamu gak tahu, kalau Kiyai santrinya banyak, mungkin sudah
sekian tahun baru tahu, lalu shalat ghaib.
Rahmat : Eeeee kamu ini benar-benar santri Din, … tapi dari depan,
dari samping-belakang dan atas tak kelihatan.
Didin : banyak wajah orang orang di koran dan majalah, … tapi wajahku
di matamu bak kamu bercermin dalam satu kaca ,,,, tapi cermin
yang kumiliki dapat dilipat sembilan ,,,, kalau aku sedang
berscermin di tengah ,,,, juataan wajah ada pada diriku gak habis
habisnya ,,, dalam cermin ada cermin didalamnya terdapat
cermin-cermin-cermin ,,, kalau kamu dapat menghitung berarti
kamu tidak pusing …..
Rahmat : Wah, jawaban filosofis ,,,,, eeeee ngomong-ngomong, tahu
gak kamu Din , Gus- Dur itu orang apa, ? Koq semua umat
beragama dan orang yak tak ketahuan agamanya-pun ikut
berdo’a, banyak yang berbela sungkawa dan berdo’a, kalau tahu
jawabannya nanti tak traktir.
Didin : Allahummaghfir lahu, yang jelas beliau negarawan,
Rahmat : bukan ,,,,
Didin : Ulama Moderat,
Rahmat : bukan ,,,,
Didin : Tokoh LSM,
Rahmat : bukan ,,,
Didin : Muslim Multikultura,
Rahmat : bukan ,,,
Didin : Muslim Pluralis,
Rahmat : bukan ,,,
Didin : Kolomnis,
Rahmat : bukan ,,,
Didin : Alumni Timur-Tengah
Didin : Tokoh N.U.
Rahmat : juga bukan ,,,,,,,,
Didin : Udahlah, aku nyerah ,,, kalau begitu apa ?
Rahmat : dilarang memperbanyak atau meng-copy tanpa izin beliau.
Didin : Lha wong sama-sama gak tahu koq tanya !
Rahmat : gitu aja koq reeepot !????????

---mic---

M.Masud CHATIM al HAJJ H2M 003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar