Laman

Kamis, 13 Mei 2010

MASIH MENGENANG GUS DUR

Masih Mengenang Gus Dur

Sedangkan amal jariyah, pahalanya akan mengalir terus selama benda atau barang yang disodaqoh-jariyahkan masih dimanfaatkan, kata mubaligh yang sedang berceramah di Masjid. Kemudian dibacakan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
وَعَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهَ أَنَّ رَسُـوْلَِ اللَّه ِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّّمَ قَالَ :
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ ُ : صَـدَقَةٍ جَارِيَةٍ , اَوْ عِلْمٍ يَنْتَفَعُ بٍهِ , أَوْ
وَلَدٍ صَتالِحٍ يَدْعُـوْلَهُ ( رَوَاهُ مُسْــلِـمٌ
Artinya : Dan dari Abi Hurairah r.a. bahwa sesungguhnya Rasulullah S.A.W. bersabda : “Apabila Ibnu Adam (manusia) meninggal, terputuslah amalnya kecuali tiga ; Sodaqoh- jariyah, atau Ilmu yang memberi manfaat denganya, atau anak yang shaleh/shalehah mendo’a untuknya
(HR Muslim)
Sodaqoh jariyah pahalanya akan mengalir terus sepanjang benda maupun barang yang di sodaqohkan masih terus dimanfaatkan. Barang atau benda yang di sodaqohkan dapat berupa benda yang tidak bergerak maupun benda bergerak-gerak. Adapun benda yang tidak bergerak seperti ; tanah, bangunan, kebun atau pohon untuk diambil buahnya, sumur untuk diambil airnya. Adapun benda yang bergeraka-gerak seperti ; hewan binatang ternak yang halal, mobil atau alat angkutan, perlengkapan dan persenjataan perang, buku juga termasuk mushaf Al Qur’an, uang, saham atau surat berharga lainnya
Ilmu yang memberi manfaat baginya; baik disampaikan dengan ucapannya, suri teladannya maupun melalui tulisannya, juga demikian, selama ilmu itu masih dimanfaatkan pahalanya akan terus mengalir kepadanya.
Anak yang shaleh atau putra-putri almarhum-almarhumah yang mendoa’akan kepadanya, insya-Allah, do’a dan permohonan ampunannya tidak akan terputus, menambah amal kebaikan bagi mayat almarhum/ah dan mengurangi dosa kesalahan.
Bapak dan Ibu kaum muslimin dan muslimat sekalian, tahu gak Ibu Bapak bahwa sekarang ada seminar tentang Pesantren, yang pembicaranya Gus Dur (almarhum H. Abdurahman Wahid) dan Cak Nur ( almarhum DR. Nurcholish Majid), kata mubaligh, yang seakan-akan megajukan pertanyan kepada hadirin-hadirat.
….. Tiiidaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkk (jawab hadirin hadirat)
Kita sudah saling mengetahui ke dua tokoh tersebut yang ke dua-duanya sebagai santri abituren pesantren tradisional dan pesantren modern, sama-sama Kiyai, sama-sama Haji, sama-sama Profesor sama-sama Doctor, sama-sama presiden ( presiden NKRI dan presiden/rector Universitas Paramadina), sama-sama alumni pesantren luar negeri, Gus Dur alumni pesantren Bagdad sedangkan Cak Nur alumni pesantren UCLA, Los Angeles,eeeeeeeeee anu Syiikago -The Islamic Study of The University of Chicago, Illinois- atau pesantren Cordova di zaman dynasty Bani Abasiyah. Kedua tokoh ini sama-sama membabat alang-alang dipesantren, Gus Dur membabad alang-alang di pesantren traditional sedang Cak Nur membabad alang-alang di pesantren modern. Mereka berdua menanami pohon universal hijau kemuning bebiruan putih bersaljukan awan, sejuk nyaman, harum ketika berbuga, berguguran daun ketika berbunga hendak berbuah, sawah kebun dan rumah penduduk pemukiman ataupun perkampungan nampak tak terhalang oleh tembok pembatas keesclusifannya. Beliau berdua bagai dewi dan dewa yang sedang asyik merawat taman, kebun dan ladang, idola para pecandu ilmu dan pemburu-pemburu ide-gagasan.
Kini telah tumbuh berkembang pesantren pra sekolah, pesantren tingkat menengah, pesantren tingkat atas, pesantren tingkat tinggi yang terspesifikasi dalam klasifikasi Perguruan Tinggi, Institut dan Universitas kesemuaya ada yang negeri dan banyak yang swasta, ada yang regular dan juga non regular, lokalnya pun ada local jauh local dekat, ada pula yang lokalnya pindah-pindah tak menetap ada dimana-mana.
Mubaligh : Tahu gak, bapak ibu Cordova itu di mana ? …
Jama’ah : Tidaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkk ……….
Kalau ibu-ibu mungkin sedikit yang tahu, ibu-ibu lebih banyak sebagai penjaga gawang, menghalau kopi, teh susu atau jus ke meja suami yang sedang menonton real Madrid melawan Cordova pada pertandingan Liga Spanyol.
Mubaligh : Baiklah, setelah para seminarawan dan seminarawati masuk dalam ruangan; para pesertanya dosen, guru, mahasiswa/i dari organisasi maupun perorangan. mulailah Gus Dur dan Cak Nur memaparkan makalah mereka berdua.. Selesai pemaparan pemandu acara memberi kesempatan kepada hadirin untuk mengajukan pertanyaan. Berdirilah dua orang, mereka berdua bermata tajam jernih berlinang-linang, tanpa senyum penuh keseriusan, menatap ke depan ke samping kiri dan kanan juga belakang. Terdengarlah dari-dirinya suara menggelegar tanpa echo ; “DISINI TIDAK ADA SEMINAR DAN AKTIFITAS LAINNYA !!!”.
.... Spontan para peserta dan pembicara meninggalkan ruangan itu ….
Mubaligh : Tahukah bapak ibu siapakah orang itu ?
Jama’ah : Tidaaaaaaaakkkkkkkk !!!!!!!!!!!!!!
Mubaligh : Mereka berdua itu adalah Malaikat Munkar dan Nakir.
Memang di alam kubur tidak ada aktifitas lagi, mereka
para penghuni alam kubur hanya menikmati hasil
ivestasinya berupa sodaqoh jariyah, ilmu pengetahuan
termasuk gagasan-gagasannya, serta do’a yang berasal
dari anak yang shaleh/ah.
Jamaah : Bagaimana dengan do’a kita yang tidak ada hubungan
daging dan darah (heritasi) dengan ahli kubur ?
Mubaligh : Mari kita mendo’akan kepada ke dua almarhum, baru
nanti kita baca ayat sandarannya “Ya Allah, berilah
maghfirah kepada ke-dua almarhum Gus Dur dan Cak
Nur, karuniakanlah rahmat dan kasih sayang-Mu kepada
ke duanya, maafkanlah dan ampuni mereka berdua, ,,,,
Jamaah : Amiin, amiin ya rabbal’alamin.
Mubaligh : Mudah-mudah do’a ini sebagai amal jariyah kedua
almarhum, berkat ilmu serta gagasan mereka berdua yang
kita daras atau kaji ulang.
وَ الَّـذيْنَ جَاءُو مِنْ بَعْـدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّـنَا اغْـفِرْلَنَا وَ ِلإِاحْـوَانِنَا الَّذِيْنَ سَـبَقُوْنَا باِ لإْيْمَانِ وَلاَ تَـجْعَلْ فِى قُلُـوبِنَا غِـلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُـوا دَبَّـنَا إِنَّـكَ دَؤُفٌ دَحسـيْـمٌ
Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka aberdoa’a ; ‘Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Egkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang (QS; 59 ayat 10)
Jamaah : (ada seorang yang nyeletuk bertanya) kelanjutan seminar
tadi bagaimana ?
Mubaligh : مَـنْ دَبَّـكَ siapa Tuhan kamu ? مَـنْ نَـبِِيُّكَ siapa nabi kamu? Dan مَـا دِيْـنُـكَ ؟ apa agama kamu ?
Tiga pertanyaan inilah, diantara banyak pertanyaan yang ditanyakan Malaikat Munkar dan Nakir secara berulang-ulang di alam kubur .

Jamaah : eeeeeeeeeeeh saaawa’ ….. Ustadz !!! ????
Mubaligh : Apa maksudnya ?
Jamaah : Yaaaaaaaaaaaaaa, sama saja …………..
masih berkisar seminar dalam kubur ??????????????
Mubaligh : Ustadz kira ??? radio SAWA ………………!!!!!

---mic---
M.Masud CHATIM al HAJJ - h2m 005


Tidak ada komentar:

Posting Komentar